Saturday, October 18, 2008

Penimbunan BBM




Akibat buruk :
1. BBM sering lenyap dari pasar, sementara masyarakat memerlukannya.
2. Harga jual di pasar sangat tinggi, masyarakat terpaksa membayar mahal.
3. Orang-orang tertentu atau kelompok tertentu akan mengeruk keuntungan di atas penderitaan orang lain. Ini sungguh-sungguh tidak manusiawi.
Alternatif solusi: Kembalikan mekanisme penjualan hanya bisa dilakukan oleh Pertamina.
Keuntungan : Pertamina tidak berani melakukan penimbunan, karena sasaran operasi Pemerintah sudah jelas dan hanya satu. Juga mengeliminir para pegawai Pertamina yang nakal untuk tidak bermain mata dengan pengecer.

Keterangan:
Jika masyarakat umum ikut menjual minyak, saat mereka melakukan penimbunan maka ada puluhan ribu pengecer dengan masing-masing lokasinya yang harus di cari petugas di seluruh Indonesia. Tak terbayangkan berapa waktu, biaya, dan tenaga yang akan terkuras untuk melakukan hal itu. Namun jika penjualan BBM hanya dilakukan oleh Pertamina seperti dulu, maka tidak pernah terjadi penimbunan. Sehingga harga stabil dan masyarakat pun tidak menjadi korban, baik itu korban waktu, uang maupun korban nyawa karena berkelahi dengan para preman yang di sewa oleh para pengecer yang kuat. Sehingga tak terhitung berapa penghematan waktu, biaya, dan tenaga bahkan nyawa yang dapat dilakukan oleh Pemerintah. Pemerintah pun bisa lebih berkonsentrasi untuk memikirkan hal-hal lain yang lebih bermanfaat demi kemajuan bangsa. Sebaiknya Pertamina membuka depot sampai ke ibu kota kecamatan di seluruh Indonesia, jika memungkinkan tidak ada salahnya sampai ke tingkat desa di seluruh Indonesia.

Selain itu juga, kalau hanya Pertamina yang jualan minyak maka harga bisa di kontrol. Jangan seperti sekarang ini, HET bensin Rp. 4.500,- / liter. Tetapi di beberapa daerah di Indonesia masyarakat membelinya di kios-kios pinggir jalan ada yang mencapai Rp. 15.000,- / liter. Mau bagaimana lagi? Mau membeli di Pertamina, selalu ada tulisan bensin habis. Beli di kios-kios pinggir jalan? Ya itu tadi, selisih harganya bisa untuk naik haji. Padahal kendaraan perlu bensin, mending kalau masih bisa di isi dengan air kencing. Begitu juga minyak minyak tanah, HET dari pemerintah Cuma Rp. 2.500,- / liter, tetapi di beberapa daerah di Indonesia HET itu hanya angin surga karena kenyataannya banyak yang harganya Rp. 6.000,- / liter. Mau mengadu ke siapa? Minta tolong sampaikan aspirasi kepada anggota Dewan? Mereka juga banyak yang jualan minyak kok. Jadi di sini, Pemerintah lah yang harus melakukan tindakan nyata demi rakyatnya. Jangan main-main dengan nasib rakyat, itu kalau Pemerintah masih mau melihat negara Indonesia ini masih tegak berdiri seperti sekarang. Tapi kalau para pemimpin negeri ini di setiap jajaran hanya memikirkan kepentingan pribadi dan kelompok saja, maka sebaiknya para pemimpin itu secara legowo mengundurkan diri saja. Jangan menambah daftar dosa. Sebaiknya tongkat kepemimpinan itu diserahkan kepada yang berkompeten dan mau berkorban untuk rakyat.

No comments: