Saturday, October 18, 2008

Sekolah Favorit

Akibat buruk : Membuang uang percuma, potensi KKN tinggi, masyarakat jadi lebih mengutamakan gengsi ketimbang kebutuhan.

Alternatif solusi : Pencanangan secara nasional, bahwa bersekolah di mana saja itu perbedaannya tidak terlalu signifikan.

Keuntungan : memghemat biaya secara lokal, regional, dan nasional, mengurangi KKN, masyarakat bisa lebih mengutamakan dan memilih mana yang gengsi atau memang kebutuhan.

Keterangan:
Kalau kita mendengar nilai nominal yang harus di bayar oleh orang tua murid untuk memasukan anaknya ke sebuah sekolah favorit, maka kita akan geleng-geleng kepala. Untuk tingkat SD-SMP-SLTA sudah puluhan juta dan tingkat universitas beberapa ratus juta. Padahal antara mutu, kebutuhan dan biaya yang dikeluarkan sesungguhnya belum pasti sinkron. Belum lagi jika sekolah favorit itu berada jauh dari tempat tinggalnya atau bahkan di luar pulau, maka biaya yang harus dikeluarkan menjadi bertambah. Itu belum di prediksi akan bahaya pergaulan bebas, narkoba, ajaran sesat dan lain sebagainya yang akan dihadapi sang anak ketika jauh dari orang tua? Belum lagi orang tua meminta bantuan ke sana kemari, ke PEMDA, ke yayasan sosial, dan lain sebagainya. Padahal sesungguhnya, di jaman yang serba instan, informasi sudah global karena ada internet, GSM, CDMA, ataupun 3G, maka sesungguhnya informasi itu bisa di peroleh di mana saja sejauh masih ada jaringan telpon dan satelit. Sehingga uang yang begitu besar itu bisa di simpan untuk di jadikan modal usaha, atau membantu orang lain ataupun untuk membuat rumah dan lain sebagainya yang lebih bermanfaat. Sementara sang anak bisa bersekolah di mana saja dengan biaya yang masuk akal. Toh di manapun si anak sekolah, kunci utamanya ada pada dirinya sendiri? Biarpun dia sekolah di surga (andai ada), jika sang anak memang tidak mampu dan tidak berperangai baik, toh sia-sia juga. Padahal sesungguhnya orang tua hanya ingin pamer saja, oh; anak saya sekolah di anu…Oh anak saya jurusan anu… oh anak saya di sekolah elit, spp nya aja sepuluh juta perbulan, katanya. Padahal begitu anaknya selesai dan melamar kerja di PEMDA misalnya, toh tidak ada perbedaan gaji antara tamatan UI atau Gajah Mada dengan Universitas Tanjungpura Pontianak. Sementara yang kuliah di Pontianak mengeluarkan biaya yang lebih sedikit. Jadi sebaiknya ditanamkan secara nasional (gerakan nasional), bahwa sekolah di mana saja tidak jadi persoalan, kuncinya ada pada diri anak itu sendiri. Kecuali sekolah yang di pilih itu memang tidak berada di daerahnya atau jurusan yang diinginkan memang hanya ada di sekolah favorit itu dan di samping itu orang tuanya memang punya duit tetapi bukan duit yang di peroleh dari hasil KKN ataupun memeras orang lain.

No comments: