Saturday, October 18, 2008

Sopir Tak Bertanggung Jawab


Akibat buruk : Kehilangan nyawa, harta benda, waktu, dan lainnya
Alternatif solusi : Ada persyaratan minimal menjadi sopir dan di dukung oleh perangkat hukum yang mengaturnya
Keuntungan : Banyak nyawa, harta benda, waktu, dan lainnya yang terselamatkan

Keterangan:
Pernahkah terlintas dalam pikiran kita, jika saat menaiki kendaraan umum seperti bis, oplet, taksi, ataupun kendaraan pribadi yang di sopiri orang lain maka sesungguhnya kita menitipkan nyawa kita kepada sopir itu?. Jadi bisa dibayangkan bagaimana kita menitipkan nyawa pada seorang sopir yang ugal-ugalan dan tidak perduli dengan keselamatan kita? Atau contoh ekstrimnya begini, anda seorang lulusan sarjana dan kepala bagian sebuah departemen dan berpergian ke kantor menaiki oplet yang sopirnya tidak tamat SD? Sopirnya tidak perduli keselamatan penumpang dan kebut-kebutan di jalan. Artinya nyawa anda seorang sarjana dan kepala bagian sebuah departemen sekaligus juga mungkin kepala keluarga, dititipkan hanya kepada seorang sopir yang tidak tamat SD dan mempermainkan keselamatan nyawa anda itu dengan ugal-ugalan di jalan?. Itu baru kasus pada satu orang, jika kepada jutaan orang maka berapa banyak nyawa melayang, harta benda yang hilang, waktu yang terbuang hanya karena ulah seorang sopir yang tidak bertanggung jawab? Parahnya lagi, bisa saja nyawa yang melayang sia-sia itu adalah calon pemimpin yang baik di masa depan.

Oleh sebab itu, sangatlah urgen untuk menentukan syarat-syarat minimal bagi seorang sopir dengan di buat dalam peraturan perundang-undangan. Misalnya umur minimal 20 tahun atau sudah berkeluarga, sekolah minimal SLTA atau sederajat, tamat kursus menyopir yang diakreditasi oleh pihak kepolisian. Bebas narkoba dan bebas alkohol yang dibuktikan dengan tes urine yang di atur juga dalam perangkat hukumnya. Persyaratan sudah menikah atau minimal berumur 20 tahun dimaksudkan paling tidak sopir yang bersangkutan sudah bisa bertanggung jawab. Persyaratan sekolah adalah agar orang Indonesia menghargai sekolah (bayangkan, jadi sopir saja minimal SLTA atau sederajat, kan hebat tuh) dan juga jika sudah tamat setingkat SLTA maka wawasan dan pengetahuannya sudah cukup memadai untuk melakukan yang terbaik pada saat genting. Bukankah sesuatu yang luar biasa, jika Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang membuat gebrakan demikian? Bukan menutup kemungkinan seratus tahun yang akan datang kitalah pemimpin dunia, bukan lagi Amerika Serikat.


No comments: